Thursday, January 29, 2004

ANAK JALANAN III

Sore yang panas , masih sendirian di trotoar yang ramai
Hiruk pikuk orang kunikmati bersama sebuah bantal usang
Oleh sesama gelandangan , aku tadi dibagi makanan
Setengah bungkus nasi padang bekas orang
Air mataku mulai menggenang, rindu pada ibu ,pada adik
Kemana mereka gerangan, kena garukan atau
mati ketabrak angkutan ?

aku memang anak jalanan
lahir dari muara ketidakberdayaan, ibu yang di perkosa
oleh preman preman jalanan
getir pahit yang sambung menyambung menjadi
benang yang tak kumengerti di usiaku yang keenam

hujan kini datang mengguyur kotaku yang entah bernama apa
yang kutahu dinginnya menusuk nusuk
menggigil di dera angin , numpang di muka ruko
siapa tahu terjatuh dari jendelanya , martabak kari daging
atau ikan kering

ada seorang gadis turun dari mobilnya
berpayung , menggendong seekor anak kucing angora
selimutnya lapis tiga

sia sia saja aku cemburu kepada
seekor kucing
saat si gadis mendengusku menyuruhku pergi
dari muka rumahnya.

( 10 01 04 )



ANAK JALANAN II

Terbangun dari mimpi, hari telah pagi
Aku masih tergeletak disini ,menghirup wangi
Asap asap knalpot, debu debu jalanan
Mimpi yang tersisa hanyalah penggalan lapar yang tersesat
Di perut terepesku ini

Anak anak berseragam sekolah
Begitu tegap jalan mereka
Menenteng tas berisi cita cita
Orang orang kantoran berdasi
Di mobil mobil mewah mereka menari
Pengusaha dan pejabat menjerat matahari
Di tanah lapang hasil penggusuran
Aku disini, terkungkung terik yang mulai menyengat

Jam dua belas siang , masih di perempatan
Orang orang ribut mencari restoran , mau makan siang
Ibuku belum pulang , sejak semalam , mencari adikku yang hilang
Aku masih kuat menahan lapar yang tak berkesudahan


( 10 jan 04 )


ANAK JALANAN

Derai derai itu mengalir tanpa kenal waktu
Detik detik yang berlalu di tepi jalan berdebu
Angkasa pengap oleh asap
Atau hujan yang membeku di lorong lorong tak beratap
Lapar yang membelenggu
Menjadi satu lukisan di tembok tembok rumahmu yang berbatu
Lalu kau pandangi satu persatu warnanya yang memburam
Tanpa sampai tanganmu terulur padaku

Telah di sampaikan oleh pelukis dan penyair
Cakaran cakaran getir ini
Namun adakah nuranimu bergetar dan mengajakmu
Menemuiku?

Tidakā€¦.bahkan kau memilih pergi
Menghadiri rapat rapat , symposium,
konperensi tentang kemiskinan
Dan kau membeli lagi lukisan yang lain
Tentang ibuku yang mati di pinggir jalan
Tanpa sempat kau pikirkan itu ilusi atau kenyataan

Dan pada suatu siang
Kuketokkan jemariku di mobilmu di perempatan
Kau usir dengan seringaimu yang menakjubkan
Tak kah kau kenal aku , bocah jalanan
Yang tergantung di lukisan sudut rumahmu

10 jan 04