Sunday, December 14, 2003

Rumah kita
Sepetak ruang telah menjadi rumah kita sejak saat itu
Lapang dan hangat oleh desahan desahan manjaku
Riang , merah jambu
Ku hias dengan lampu lampu

Kita selalu bercerita sebelum malam berhenti bertahta
tentang bulan, tentang matahari, tentang awan
badai , juga kabut yang mungkin menerjang
rumah mungil milik kita ini
tapi kau selalu bilang
tak usah berpikiran macam macam
akupun tenang.

Sore yang sepi , ku tunggu kau pulang
Tapi kau tak pulang
Hingga berhari hari
Bertahun tahun
Kucari ,tapi takkutemui
Bagai ditelan awan kau menghilang
Aku linglung bagai anjing tak bertuan

Rumah milik kita masih ada
Rumah mungil di atas bukit ngarai
Di bawahnya mengalir sungai kecil
Jernih nian airnya

Di rumah ini , ijinkan aku menantimu kembali pulang
Entah kapan

Desemberkelabu 2003
By: shantined

Doa di pagi hari

Ayahku pergi, ibuku pergi, aku duduk sendiri
Maka doa mengalir dari bibirku yang mungil
Tuhan, semoga pagi ini cerah , bibiku bermuka cerah,
Nenekku bermuka cerah , teman teman bemuka cerah
Aku takut muka masam mereka
Tuhan , semoga makanan hari tidak pedas seperti
Hari hari yang lalu
Dan aku tak di paksa mandi , di paksa tidur siang
Semoga boleh mainan sepanjang hari
Berhujan hujan sepanjang jalanan
Semoga ketika kubuka jendela , semilir angin segar masuk
Dan sinar matahari panaskan kasurku yang hampir busuk
Semoga jika aku mengantuk aku teringat dongeng ibuku
Dan jika aku jatuh tersandung aku teringat belai bapakku
Semoga jika aku rindu mereka ,nenek bolehkan aku cium potonya
Dan jika aku sedih , mereka menghiburku
Jika aku menangis kesal , mereka tak memarahiku

Tuhan , aku tengah belajar mengerti bahwa
kini sebuah kenyataan telah berganti.
Sebuah matahari dan bulan pergi sekaligus
Lalu aku coba cari secercah sinar di temaram lampu suram
Bibi yang setengah mati galaknya, nenek yang tua renta
Aku masih TK

Tuhan , di pagi ini Engkau tlah bangun dan dengar semua doaku
, yang sederhana bukan?
Aku toh tak minta mereka bangkit dari kuburnya


Balikpapan , 06 des 03
By : Shantined

Badut badut di Tengah Jalan
Seorang badut berdiri tengah jalan yang ramai
Seperti juga hari hari kemarin
Di sudut bibirnya tersungging sebuah senyuman ,
juga sama dengan yang kemarin
tanpa sinar, hampa bagai sebuah ruang , hampa udara
dengan raut mukanya yang jenaka berharap orang tertawa
…..hatinya luka.

Seorang badut menari di sudut keramaian kota
Anak anak ramai mengerumuninya
Tertawa tawa…
Tak seorangpun melihat sang badut hatinya luka
……perutnya lapar , anak istrinya mengerang sakit di gubugnya.
Hai nasib, akankah benar begulir seperti kata orang
Hari ini di bawah , besok diatas ?
Mulut sang badut komat kamit , anak anak tertawa kesenangan
Pakaiannya yang lucu , dandanannya yang kocak
sembunyikan tangisnya yang tersedu.

Seorang badut berdiri di tengah jalan
Jalannya tertatih tatih , asam uratnya kambuh ternyata
Kebanyakan makan fast food di restoran terkemuka
Dasinya miring , BMW nya nangkring
Di usapnya keringat karena terkena sinar matahari
Ini badut yang 10 thn lalu berdiri ditempat yang sama
Sekarang sudah jadi badut yang lainnya
Pandai bermain sandiwara , sulap juga ahlinya
Angka angka , mark up dana , keciillll!
Kerja di belakang meja , gaji dari rakyat kecil
Siapa tak butuh tawa ?

Begitu banyak badut di tengah kita
Ada yang tertawa tapi menangis
Ada yang menangis tapi tertawa
Jangan tertipu , kita sendiri yang malu !



Balikpapan, 6 desember 03
By : Shantined

Aku di suatu waktu
Aku di suatu waktu , terbenam cahaya di sudut kamarku
Rangkul temaram jadi sepucuk laras panjang
Tembakkan seribu peluru ke benakmu yang ramai
oleh bergumpal gumpal retorika dan analisis
Persetan dengan genangan darah yang selalu membuatmu berkata
“ah ini darah siapa , oleh siapa luka terbuka?”

Aku urung menghela nafas , kutahan berjamjam
Mata kupejamkan
Telinga kusumbat
Mulut kubungkam
Aku mati rasa di hadapan sosok yang bertahun tahun kurindukan
Oh , aniayamu gempur batinku yang membatu
Ubah segala rupa dunia
Menjadi hitam berdebu

Aku di suatu waktu ,beringsut menjelajahi ruang terang
Rasa dan peka
Tumpukan gelisah tindih menindih
Ajari aku menyimpan amarah
Tumpahkan ke secawan kopi susu yang tak sempat terhirup olehmu
Tadi pagi.

Aduh !!
serumu ketika di ulu hatimu menancap sepucuk panah
kau cabut sembari menyeringai pamerkan gigi taringmu
salahkan aku yang sedari tadi termangu memandangmu
hanya dari kejauhan !

Aku di suatu waktu , temaram merambat dari siang yang panjang
rakus sinarnya melumat segala bayang bayang
aku sirna di dalamnya
berbekal sepotong wajahmu , di saku lusuhku.
Tak tercuci.




Mawar Berduri


Yang terkekang hanyalah kata kata
Lupa menyibak belantara hati yang terluka
Atau sekedar lewat begitu saja ?

Yang terajam hanyalah perasaan
Untuk apa di kenangkan
Sebentar juga terkubur
Jadi hantu gentayangan pun aku tak perduli

Mesti tegar gagah berani
Kalahkan sekumpulan galau dan rindu yang menghentak hentak
Di luka yang tak saja semakin meradang
Maka ku biarkan bayang mu pergi menjauh

Yang teraniaya hanyalah sepasang mata
Tak lepas bicara lewat kedalaman tatap syahdunya
Tak apa.
Lewat mata hati aku masih bisa memandangmu
……hanya dari kejauhan

terbang , terbanglah sekawanan kupu kupu ku
bawa semua bekal manis madu di mulutmu
kukirim salam kepada semua bunga
akankah mereka layu ?

kalau saja waktu boleh terulang kembali
aku memilih menjadi setangkai
mawar beduri .



Pesisir Pantai

Aku tak berharap gerimis ini meleburkan angan
yang telah sekian waktu ku bangun perlahan lahan
di sepanjang pesisir bebatuan hatimu
pesisir yang nampak landai nan putih berpasir halus
namun simpan batubara dan gerumbul duri , alang alang

Aku bagai segulungan ombak yang selalu bersandar
di lenganmu , pecah lalu datang lagi , terus begitu
bahkan kala kucoba berkata tidak
tapi menuju mana lagi ombak memecah selain di pantaimu?

Pesisir pantai , pesisir pantai , ucapku sendu
mengapa kau tawarkan kehangatan sinar mentari
selagi aku kedinginan?
akankah kau dekap erat aku sebagai gelombang lalu kau
hempaskan sebagai riak riak buih putih memanjang?

Aku selalu berharap gerimis turun di sore yang panas
wangi bumi membasah oleh rintiknya
di pantaimu kini aku pasrah
akan terhempas atau diayun barang sesaat
……………………………..untuk kembali kelaut lepas


penghujung 2003
shantined